Getting bored

Gue bosen, itulah apa yang gue alamin sekarang. Gue mulai bosen dengan apa yang gue jalanin sekarang. Maklum ya gue lagi nunggu penmgumuman UN dan SNMPTN. Jadi begini nasib anak kelas tiga. Diem dirumah jadi pengacara. Sebenernya gue ngga banyak acara sih. Soalnya gue bukan tipe orang yang suka rame-rame. Bukannya gue anaknya ngga gaul atau kuper. Tapi gue ngga nyaman dengan keramaian. Ganggu menurut gue. Yah tiap orang kan beda-beda. Selama liburan gini gue ngabisin waktu gue dirumah. Belajar soal. Internetan. Dan lain-lain. Lebih sering internetan sih sebenernya. Berhubung gue itu anak terakhir jadi gue sekarang di rumah sendirian. Bapak ibu gue sibuk kerja. Kadang gue ngerasa hidup gue sepi banget. Gue butuh temen. Tapi gue bukan tipe orang yang suka keramaian. Gue lebih suka sendiri. Tanpa gangguan. Sebenernya banyak banget buku-buku ganggur di perpustakaan rumah gue. Tapi gue bosen baca buku mulu. Sebenernya juga gue difasilitasin wi fi di rumah. Dan lagi-lagi gue mulai bosen. Buat apa lagi gue internetan? Lama-lama bosen juga. Seperti layaknya remaja lain. Gue juga suka fangirling. Nge bias idol sana sini. Share di twitter dan instagram. No facebook. Menurut gue facebook udah ngga jaman. Alias kudet. Isinya gaje semua. Status alay dengan nama lebay. Karena itulah gue lebih prefer mainan twitter. It’s simple for me. Kalau kenapa gue suka mainan instagram? simple, karena gue suka moto. Itu aja. Kadang gampang ya jadi gue. Ngelakuin semua apa yang gue suka dan ngga mau ngelakuin apa yang ngga gue suka. Childish banget kan. Mungkin karena gue anak terakhir kadang gue bertingkah kaya anak TK. I know that. And aware of what others ppl tought abt me. Saat sendiri dirumah kaya gini. Yang bisa gue lakuin hanya internetan, baca buku atau ngelakuin hal yang gue suka dirumah. Sekali lagi gue bilang. Gue bukan tipe orang yang suka keramean. It’s mean i don’t like crowded. Sometimes crowded can creeping me out. Gue nyadara bahwa gue ngga selamanya bisa berada di zona nyaman gue ini. Tapi gue bisa milih untuk tetap di zona nyaman. Why life is so complicated? Why can’t i just do smt that i like? Why? I wonder whats the answer is. I have a big dream. A very big dream. But one day my big sister asked me “what’s your passion lil sist?”. I said “IDK”. Dan gue nanya ke diri gue sendiri? Apa passion gue? Gue pengen apa? Bisa dibilang sekarang adalah masa penting banget buat gue. Karena apa yang gue pilih akan menentukan masa depan gue. Someday i tell my family that i want to be a doctor like my big bro. But you know what it’s difficult to enter the examination and can pass the examination. A lot of ppl want become a doctor. But not all of them can be a doctor. Semua orang mau. Tapi ngga semua orang bisa. Hidup itu ngga ada artinya jika hanya berdoa. Tetap harus ada tindakan nyatanya. Kalau ada orang bilang hidup kita itu udah ada yang ngatur. Tapi kita juga harus berusaha. Buat raih cita-cita kita. But what i do now is i want to be a positive person. Orang yang netral. Tanpa menyalahkan orang lain atau membenarkan orang lain. Itu susah. Saat jaman kaya gini semua orang berdebat mana yang salah dan mana yang benar. Tapi apakah mereka tau bahwa yang mereka anggap benar ternyata salah dimata orang lain dan sebaliknya. Gue pernah baca di blog orang. Gini. Tidak ada pemimpin yang bisa menyatukan beribu kepala jadi satu. So it’s fine if there is a lot of opinion. Kita hidup dengan banyak orang di dunia ini. Gue hanya seorang remaja dari banyak remaja yang ada di dunia ini. Gue bukan siapa-siapa. Tapi gue tau gue peran utama di hidup gue. Gue ngga mau jadi orang bego yang bergantung sama orang lain. Selama bisa ngelakuin sendiri kenapa harus minta tolong. Soalnya gue suka sebel kalau dimintain tolong. Padahal orang itu bisa ngelakuin sendiri. Apa mereka ngga mikir kalau ngeganggu hidup orang lain? It’s a burden you know. Buat gue it’s fine kalau seseorang punya kesenengan sendiri. Jangen menjudge kesenangan orang lain seenak jidat. Karena lo bukan dia. Dan gue juga bukan lo. Lo bukan gue. Kalau diibaratin buah gue apel lo jeruk. Beda kan? Buat gue orang yang suka menjudge orang lain itu orang yang pikirannya sempit. Suatu hari gue pernah cerita ke kakak gue yang cowo “mas ade kan punya temen, ade sebel sama dia” “sebel kenapa de?” “ya sebel aja pokoknya, males liat muka dia” “loh de, mas juga sebel sama ade” “kok gitu mas?” “soalnya ade mukanya nyebelin” “jahattt” “makanya ade jangan liat orang dari sampul, kalau ngga mau orang lain liat ade dari sampul ade doang”. It’s simple conversations. But it’s has a deep meaning. Dan semenjak itu gue mulai belajar untuk tidak menilai orang lain dari sampulnya doang. Alias jangan milih2 buat temenan. Jangan bangga dengan apa yang telah lo raih. Tapi bangga dengan apa yang telah lo berikan ke orang lain. Hidup itu bukan untuk bersaing mennn. Tapi untuk bersosialisasi dengan orang lain. Memang menghargai orang lain itu susah. Tapi kita harus belajar. Bukan karena kita ingin dihargai juga. Tapi memang sudah kewajiban manusia untuk menghargai orang lain. Inget setiap orang jadi peran utama di hidupnya masing2. Pada  dasarnya manusia tetep sama. Setinggi apa jabatannya seganteng apa mukanya sekaya apa orangnya. Mereka tetep sama manusia kaya lo. Ah tulisan gue melenceng dari judul *udah biasa* dahhh

Revolusi kehidupan

Beh. Berat ye judulnye. Hahaha. Sok banget gue. Aduh oke. Sebelum opini gue pada ilang di otak. Mari kita bahas. Ehem. Apa itu revolusi? Perubahan. Singkatnya seperti itu. Jika masih nggak ngerti search di gugel. Kalian tau kita kalau nulis make apaan? Pensil? Bolpoin? Spidol? Apapun itu. Menulis adalah menorehkan huruf menjadi kata atau kalimat. Pertanyaannya sekarang. Apa menulis harus di atas kertas? Tentu tidak. Dulu orang nulis di pohon batu tanah daun dll. Lalu mulai berkembang menggunakan kertas dan papan tulis. Bagaimana dengan sekarang? Bagi gue menulis jaman sekarang nggak harus make alat tulis. Cukup make hp atau laptop. Menulis dengan cara ini lebih hemat. Hemat kertas dan tinta atau apapun alat tulis itu.
Okesip sekian dan bubay!
Good night ppl, sleep tight!